SSejarah B2P2TOOT ( Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan
pengembangan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO),serta merupakan
unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan yang berdiri sejak tahun 1948.
Pada awalnya balai ini bernama Hortus
Medicus Tawangmangu yang di dirikan oleh RM.Santoso (almarhum), yang di
bantu oleh Prof. Dr. Sutarman sebagai cabang laboraturium pharmacotherapie, Klaten. Atas kerja keras dan semangat serta jasa
RM.Santoso Hortus Medicus
Tawangmangu secara resmi administratif di hidupkan pada tahun 1950 dalam
lingkungan lembaga Eijkman.
![]() |
Secara berturut-turut dengan
berubahanya kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Juni 1955, 8 Juni 1963, 25 Juli
1968, dan 8 November 1968 Hortus Medicus
Tawangmangu berada di bawah pengawasan dan tangungg jawab Lembaga Farmakoterapi
Departemen kesehatan c.q. Direktorat Jendral Farmasi dan Lembaga Farmasi
nasional di Jakarta. Sejak tanggal 9 Juli 1975 Hortus Medicus Tawangmangu berada di bawah pengawasan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jendral Pengawasan obat dan Makanan di
Jakarta.
Dasar pertimbangan bahwa Hortus Medicus Tawangmangu adalah tempat
penelitian tanaman obat, dan sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 149/Men.Kes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978, maka Hortus Medicus Tawangmangu diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman
Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep. Kes. RI
dam dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang bertangung jawab kepada
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Transformasi I sebagai
lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat
(TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk pencegahan, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan masyarakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada
tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006,
BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II tersebut memberikan
amanah untuk melestarikan, membudidayakan, dan mengembangkan TOOT dalam
mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Era persaingan, globalisasi dan
keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali, memanfaatkan, mengembangkan
budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk pembangunan kesehatan. Ini
berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT, dengan Permenkes No. 003 tahun 2010
pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis
Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU,
dari hulu ke hilir, mulai dari riset tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian,
budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan
JAMU, penelitian iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan community
empowerment.
Visi dan Misi
Visi :
“ Masyarakat
sehat dengan jamu yang aman dan berkhasiat”
Misi :
a. Meningkatkan
mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional
b. Mengembangkan
hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
c. Meningkatkan
pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional.
sarana dan Prasarana
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu dalam
melaksnakan tugas dan fungsinya didukung oleh sarana dan prasarana yang
meliputi 1 unit gedung kantor untuk administrasi, 1 unit gedung pertemuan
dengan daya tampung 400 orang, perpustakaam dengan 1.238 koleksi pustaka
berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan buku-buku terbitan dalam dan luar
negeri, website, mess peneliti 15 kamar, gedung laboratorium, rumah kaca 2
unit, rumah karantina, kebun koleksi dengan kurang lebih 2 ha pada ketinggian 12000
meter diatas permukaan laut (dpl) dan kurang lebih 12 ha pada ketinggian 1800
meter di atas permukaan laut (dpl), dan kebun percobaan. Sampai saat ini telah
terkoleksi kurang lebih 950 speies tanaman obat yang terdiri dari tanaman
keras, pohon, perdu, semak, serta tanaman semusim. Disamping itu juga di
lengkapi mini museum obat tradisional, herbarium, wisata ilmiah/etalase tanamn
obat serta laboratorium litbang herbal.
Pengembangan sarana dan prasarana litbang merupakan
program utama dengan penyediaan fasilitas penelitian berupa gedung laboratorium
beserta fasilitasnya yang reprenstatif agar mampu mewujudkan visi dan misi
B2P2TOOT tawangmangu Peralatan laboratorium utama yang mendukung pelaksanaan
kegiatan laboratorium. Berikut labratorium yang ada di B2P2TOOT :
a.
Laboratorium Sistematika Tumbuhan.
Laboratorium sistematika tumbuhan yaitu untuk
mengidentifikasi tumbuhan / determinasi, pembuatan spesimen (herbarium,
simplisia) serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat. Tanaman obat yang akan
dibuat simplisia atau jamu harus diketahui semua informasi dan di dokumentasi.
b.
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman.
Laboratorium hama dan penyakit tanaman digunakan untuk
mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman dan penelitian tentang cara
pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Hama merupakan penyakit pada tanaman
yang dapat merusak pertumbuhan tanaman.
c.
Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia.
Analisis makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan
kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta
penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia. Laboratorium ini digunakan
untuk mengetahui khasiatdari suat tanaman yang akan di produksi.
d.
Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi
Laboratorium kultur jaringan dan Mikrobiologi untuk
memperoleh bibit dan meningkatkan kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran
mikroba (angka jamur dan angka lempeng total), identifikasi mikroba dan uji
aktivitas antimikroba ekstrak tanaman obat. Hal ini perlu dilakukan karna agar
hasil panen yang didapat memenuhi syarat dan obat hebal yang diperolehnya
menimbulkan efek terapi yang baik.
e.
Laboratorium Eksperimental & Animal House
Laboratorium eksperimental dan animal house yaitu
tempat pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house). Serta melakukan uji
praklinik khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.
f.
Laboratorium Bioteknologi
Penelitian rekayasa gentik untuk memperoleh bibit
unggul dan rekayasa untuk memperoleh protein terapeutik. Bibit unggul sangatlah
penting untuk hasil panen yang unggul , sehingga diperlukan penelitian untuk
memperoleh bibit yang unggul
DAPUS
Ditjen POM 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.

No comments:
Post a Comment