BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak
berakhirnya masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, kondisi politik umat islam
kembali mengalami kemajuan berkat tiga kerajaan besar yang muncul setelahnya,
yaitu Turki Usmani di Turki (1300-1922 M) yang berpusat di Istanbul, Mughal
(1526-1858 M) yang berpusat di India serta menguasai anak Benua India pada awal
abad ke-17, dan Safawiyah (1501-1722 M) yang berpusat di Persia. Ketiga
kerajaan ini merupakan adikuasa Islam dan dunia sewaktu itu.
Diantara
ketiga kerajaan adikuasa itu, wilayah Kerajaan Turki Usmanilah yang paling
besar. Dengan wilayah luas, yang membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab,
Balkan, sampai Asia Tengah. Kerajaan Turki Usmani mengandung keberagaman
bangsa, budaya, dan agama. Kerajaan ini pun sanggup berkuasa sekitar 6 abad
berturut-turut.
Dalam
kurun waktu tersebut, Kerajaan Turki Usmani bisa menguasai wilayah yang sangat
luas meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hejaz, Yaman, Mesir, Sudan,
Libya, Tunisia, Maroko, Bulgaria, Hongaria, Yugoslavia, Rumania, Albania, serta
Yunan di Eropa Timur.
Ditinjau
dari sisi luas wilayah, sebenarnya tidak ada satu pun kerajaan Islam yang mampu
menandingi Kerajaan Turki Usmani. Wilayahnya membentang dari kawasan Atlantik
sampai Eufrat, dari Padang Sabana Rusia hingga Sahara, sekaligus meliputi
daerah-daerah pusat kekuasaan Islam lainnya yang dibatasi oleh Laut Hitam. Selama
masa kekuasaannya, Kerajaan Turki Usmani pernah melalui beberapa kali proses
Islamisasi dan modernisasi yang cukup panjang.
Itulah
gambaran luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang dimulai dari Asia, Afrika,
sampai ke Eropa Timur berbatasan dengan Laut Hitam yang telah berhasil
diwujudkan dalam sejarah peradaban Islam, sehingga Turki Usmani adalah Daulah
yang paling besar dan yang paling lama berdiri dibandingkan Daulah-Daulah Islam
lainnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana
latar belakang berdirinya Kerajaan Turki Usmani di Turki?
2. Bagaimana
perkembangan Kerajaan Turki Usmani di Turki?
3. Apa
sebab-sebab kemunduran Kerajaan Turki Usmani di Turki?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui latar bekalang berdirinya Kerajaan Turki Usmani di Turki.
2. Untuk
mengetahui perkembangan Kerajaan Turki Usmani di Turki.
3. Untuk
mengetahui sebab-sebab kemunduran Kerajaan Turki Usmani di Turki.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Turki Usmani di Turki
Kerajaan Turki Usmani termasuk salah
satu dari tiga kerajaan besar Islam pada masa pertengahan, selain Safawiyah dan
Mughal. Kerajaan ini berasal dari dua dinasti yaitu Turki Saljuk serta Turki
Usmani. Namun, akhirnya kerajaan Turki Saljuk hancur oleh serangan pasukan
Mongol sehingga dinasti Turki Usmani mampu berdiri secara utuh.
Pendiri Kerajaan Turki Usmani adalah
Bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghuz salah satu anak suku Turki yang mendiami
sebelah barat gurun Gobi (Mongol) dan daerah utara negeri Tiongkok dipimpin
oleh Sulaiman. Dalam jangka waktu sekitar 3 abad, mereka berpindah ke
Turkistan, Persia, dan Irak. Mereka juga mulai masuk Islam sekitar abad ke-9
atau ke-10 M saat menetap di Asia Tengah. Dibawah tekanan pasukan Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri menuju Dinyanasti Saljuk guna mengabdi kepada
penguasa yang dipimpin oleh Sultan Alauddin II.
Di Asia Kecil dibawah kepemimpinan
Artogol, mereka mengabdikan diri kapada Sultan Alauddin II yang ketika itu
sedang berperang melawan pasukan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan
Alauddin II mendapatkan kemenangan dan memberikan hadiah berupa sebidang tanah
yang terletak di Asia Kecil dekat Bizantium. Sejak saat itulah, mereka terus
membina serta membangun wilayah tersebut sehingga menetapkan kota Syukud
sebagai ibukota.
Artogol meninggal dunia tahun 1289
M, kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya bernama Sultan Usmani bin Sauji
bin Artogol bin Sulaimansyah bin Kia Alp (Usman bin Artogol). Putra Artogol
inilah yang diyakini oleh para sejarawan sebagai pendiri Kerajaan Turki Usmani.
Beliau memerintah pada tahun 1290-1326 M.
Sebagaimana sang ayah, Usman pun juga banyak berjasa terhadap Sultan
Alauddin II seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang
Kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin II akhirnya terbunuh.
Dalam sejarah, Kerajaan Saljuk
terpecah belah menjadi beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak saat itulah,
Kerajaan Turki Usmani dinyatakan berdiri secara resmi. Adapun penguasa
pertamanya adalah Usman I.
Selanjutnya Usman I melakukan perluasan wilayah
dengan cara menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa
tahun 1371 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibukota Daulah
Turki Usmani.
Usman I meninggal dunia tahun 1326 M, kemudian
digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M). Pada masa pemerintahannya, Daulah Turki
Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli tahun 1330 M,
Iskandar tahun 1338 M, Ankara tahun 1354 M, dan Galipoli tahun 3156 M. Daerah
ini adalah bagian dari Benua Eropa yang pertama kali dilakukan oleh Daulah
Turki Usmani.
Perluasan wilayah semakin dikembangkan, ketika Murad
I pengganti Orkhan (1359-1389 M) mampu memantapkan keamanan dalam negeri dan
melanjutkan perluasan daerah ke Benua Eropa. Beliau juga dapat menaklukan
Adrianopel, Mecedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukannya kota-kota tersebut, Daulah
Turki Usmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan
kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria, dan Bizantium di Konstantinopel. Oleh
karena itu, bagi Kaisar tidak ada pilihan lain kecuali mengakui kejayaan Daulah
Turki Usmani di Eropa sehingga menyatakan berdamai dengan Sultan tersebut.
Perlu ditekankan kembali bahwa daerah-daerah
taklukan ini tidak pernah dipaksa masuk Islam. Kepemimpinan pemerintahan pun
tetap mereka pegang, tetapi diharuskan membayar pajak jizyah. Keadaan seperti
ini seringkali dimanfaatkan mereka untuk mengadakan perlawanan dan meminta
pembebasan kembali. Sehingga Sultan selanjutnya terpaksa menyerang kembali
wilayah-wilayah yang sama.
Kesuksesan Sultan Murad I di Eropa diringi pula
dengan keberhasilan penaklukan Asia, salah satunya Kerajaan Karman. Suatu hal
penting yang dilakukan oleh Sultan Murad I adalah memilih pemuda-pemuda Kristen
yang telah beragama Islam untuk dididk menjadi militer, sehingga lahirlah
tentara elit di Turki yang bernama “Yenisari”.
Bayazid I menggantikan ayahnya menjadi Sultan dalam
usia 34 tahun. Pada masa kekuasaannya (1389-1403 M) serangan-serangan perluasan
wilayah terus dilakukan, seperti merebut Kossova pada tahun pertama
pemerintahannya (1389 M) sehingga Raja Stephen Lazar terpaksa meminta
perdamaian dan menyatakan diri akan bergabung bersama Sultan dengan tetap
membayar upeti.
Tahun 1393 M Bayazid mengirim pasukan di bawah
komando anaknya bernama Sulaiman untuk menyerang Bulgaria. Setelah mengepung
selama tiga minggu, akhirnya daerah tersebut bisa dikuasai oleh umat Islam.
Tidak lama kemudian kota-kota seperti Nicopolia, Weddes, dan Silistria juga
ikut tunduk dengan tidak melanjutkan peperangan yang selama ini terjadi.
Ketika Bayazid mempersiapkan ekspansi ke
Konstantinopel, terdapat tentara Mongol yang dipimpin oleh Timur Lank akan
melakukan penyerangan ke Asia Kecil. Beliau membawa 120.000 tentara, sedangkan
Timur Lank membawa 800.000 tentara. Pertempuran sengit ini terjadi di Ankara
pada tahun 1420 M, tetapi baru saja memulai pertempuran tiba-tiba pasukan dari
bangsa Tar-Tar yang berada di barisan Bayazid berpihak kepada Timur Lank. Maka
bagaimanapun gagahnya Bayazid dalam pertempuaran tersebut yang tidak seimbang
sehingga beliau bersama anaknya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan setahun
kemudian (1403 M).
Karena kekalahan Bayazid di Ankara tersebut membawa
akibat buruk bagi Dinasti Turki Usmani. Penguasa-penguasa Turki Saljuk di Asia
Kecil melepaskan diri dari genggaman tangan Turki Usmani. Wilayah-wilayah
Serbia dan Bulgaria kekuasaan karena belum ada yang dipersiapkan Bayazid untuk
menjadi Sultan penggantinya. Dinasti Usmani saat ini mengalami kehancuran
kekuasaan.
Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Beliau bekerja keras dalam
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan seperti semula. Sultan Muhammad
I dapat menguasai kembali wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani selama lebih
kurang sepuluh tahun. Hal ini membuat banyak kerajaan-kerajaan Kristen Eropa
merasa kaget dengan apa yang telah terjadi.
2.2 Perkembangan
Kerajaan Turki Usmani di Turki
Selama 6
abad (1294-1924 M) berkuasa, Kerajaan Turki Usmani mempunyai raja sebanyak 40
orang yang silih berganti setiap periodenya. Dalam hal ini, maka kekuasaan Turki Usmani
dapat dibagi menjadi lima periode sebagai berikut:
1.Periode pertama (1299-1402 M)
Dimulai dengan berdirinya Kerajaan Turki Usmani,
melakukan ekspansi pertama, sampai dengan kehancuran sementara oleh serangan
timur berasal dari pemerintahan Usman I hingga pemerintahan Bayazid.
2.Periode kedua (1402-1566 M)
Ditandai dengan adanya restorasi kerajaan secara
berkala, cepatnya pertumbuhan, sampai dengan terjadinya ekspansi yang terbesar.
Dari masa Muhammad I hingga Sulaiman I.
3.Periode ketiga (1566-1699 M)
Ditandai dengan kemampuan Kerajaan Turki Usmani
untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hongaria. Akan tetapi,
kemunduran tersebut segera terjadi pada masa pemerintahan Salim II hingga
Mustafa II.
4.Periode keempat (1699-1838 M)
Ditandai dengan berangsur-angsur surutnya kekuatan
Kerajaan Turki Usmani serta pecahnya wilayah dari tangan penguasa, dalam masa
pemerintahan Ahmad III hingga Mahmud II.
5.Periode kelima (1839-1922 M)
Ditandai dengan kebangkitan kultural dan
administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide Barat, dalam masa pemerintahan
Sultan al-Majid I hingga al- Majid II.
Perkembangan wilayah Kerajaan Turki Usmani
di Turki yang luas berlangsung secara cepat, serta diikuti oleh pencapaian
kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan sebagai berikut:
1.Bidang Kemiliteran dan Peradaban
a) Adanya
Akademi Militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
b) Terbentuknya
tentara tangguh Jenissari serta Taujiah.
c) Adanya
Kitab Muqtadha Abhur sebagai UU Pemerintahan.
2.Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Kerajaan Turki Usmani merupakan perpaduan
dari ragam kebudayaan seperti Persia, Byzantium, dan Arab. Dari kebudayaan
Persia, mereka mengambil ajaran-ajaran tentang etika dalam istana. Sedangkan,
organisasi pemerintahan dan kemiliteran dapat diserap oleh Byzantium.
Adapun beberapa tokoh terkenal dari bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan sebagai berikut: Abdulrauf Al-Manawy (ahli dalam
ilmu hadits dan tasawuf), Ibnu Hasan Samarkandy (ahli dalam ilmu politik), Musa
Azam (ahli dalam seni), Ibnu Diba az Zabidy (ahli dalam sejarah), dan lain
sebagainya.
3.Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai
peranan besar dalam lapangan sosial dan
politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan pun
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa Ulama’dapat menjadi hukum yang
berlaku.
Oleh karena itu, ajaran-ajaran agama dapat
berkembang dan mengalami kemajuan di Kerajaan Turki Usmani. Para mufti menjadi
pejabat tertinggi dalam urusan agama sekaligus berwenang untuk memberi fatwa
resmi terhadap permasalahan keagamaan yang selama ini terjadi dalam masyarakat.
4.Bidang Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang
industri antara lain: Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan kain katun.
Selain itu, terdapat Anatoli sebagai pusat produksi bahan tekstil, kawasan
pertanian yang subur, serta sebagai pusat perdagangan dunia pada saat itu.
5.Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Dinasti ini mampu
mendirikan sejumlah madrasah. Madrasah yang pertama didirikan adalah di Inzik
(1331 M) dengan mendatangkan pengajaran dari Iran dan Mesir. Kemudian, madrasah
berikutnya didirikan di Bursa, Edirne, dan Istanbul.
Madrasah di Turki Usmani dibentuk dengan
memperlihatkan adanya jenjang serta materi ilmu yang diajarkan adalah Bahasa
Arab, Nahwu, Sharaf, Mantiq, Teologi, Hukum, Atronomi, Geometri, dan Retorika. Berbagai
kemajuan yang diperoleh Kerajaan Turki Usmani di Turki itu tidak terlepas dari
kelebihan-kelebihan yang dimiliki, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Mereka adalah
bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar, dan giat.
2.Mereka
memiliki kekuatan militer yang besar.
3.Mereka menghuni tempat yang sangat strategis,
yaitu Konstantinopel yang berada di
titik temu antara Asia dan Eropa.
4.Selain keberanian, ketangguhan, dan kepandaian
taktik yang dilakukan oleh para penguasa Kerajaan Turki Usmani di Turki
sangatlah baik serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil,
sehingga ini turut memajukan sekaligus mempertahankan Kerajaan Turki Usmani.
2.3 Sebab-Sebab
Kemundurann Kerajaan Turki Usmani di Turki
Sebab keruntuhan Kerajaan Turki
Usmani dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut:
a.Faktor-Faktor Internal
Berbagai faktor internal yang menyebabkan keruntuhan
Kerajaan Turki Usmani di Turki adalah sebagai berikut:
1.Wilayah kekuasaan yang terlalu luas
Perluasan wilayah yang begitu luas, menyebabkan
pemerintahan Kerajaan Turki Usmani merasa kesulitan dalam melakukan sistem
administrasi terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga, masalah
administrasi menjadi tidak beres. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh
dari pusat mudah direbut oleh musush dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2.Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar yang merupakan hasil ekspansi
dari berbagai kerajaan mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, dan negara
lain maka di negara Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dengan banyak
penduduk tersebut, maka administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai. Namun,
pasca kepemimpinan Sultan Sulaiman Kerajaan Turki Usmani tidak memiliki sistem
administrasi yang bagus sebab penguasanya sangat lemah dalam mengatur
pemerintahan.
3.Kelemahan para penguasa
Penguasa Kerajaan Turki Usmani yang dianggap tidak
cakap, misal Sulatan Sulaiman II al-Qanuni. Kelemahan ini disebabkan oleh
adanya kehidupan bermewah-mewah dalam istana sehingga dapat menimbulkan banyak
perselisihan didalamnya.
4.Budaya pengutan liar
Budaya ini telah merajalela yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan moral, terutama dalam kalangan pejabat yang sedang
merebutkan kekuasaan (jabatan).
5.Pemberontakan-pemberontakan tentara “Jennisari”
Pemberontakan Jennisari ini terjadi sebanyak 4 kali
yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, serta 1826 M. Pada masa ini, pihak
Jennisari tidak lagi menerapkan prinsipnya, keberadaannya didasari oleh
keturunan dan golongan tertentu yang dapat menimbulkan adanya
pemberontakan-pemberontakan.
6.Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terus-menerus terjadi, maka
biaya pun semakin membengkak sementara belanja negara semakin meningkat
sehingga perekonomian Kerajaan Turki Usmani semakin merosot tajam.
7.Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan
Kerajaan Turki Usmani dalam pengembangan Ilmu dan
Teknologi mengalami kemunduran sebab hanya berpusat pada bidan militer saja.
Kemajuan dalam bidang militer tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan
teknologi menyebabkan kerajaan ini merasa tidak sanggup dalam menghadapi persenjataan
musuh dari Eropa yang lebih maju.
b.Faktor-Faktor Eksternal
Beragam faktor eksternal yang menyebabkan keruntuhan
Kerajaan Turki Usmani di Turki, adalah sebagai berikut:
1.Munculnya gerakan nasionalisme
Bangsa-bangsa yang tunduk kepada Kerajaan Turki
Usmani (saat berkuasa) akhirnya menyadari kelemahan kerajaan ini. Dengan
demikian, ketika kerajaan tersebut mengalami kemunduran, maka mereka akan
bangkit untuk melawannya.
2.Terjadinya kemajuan teknologi di wilayah Barat
Dalam hal ini, Kerajaan Turki Usmani senantiasa
selalu mengalami kekalahan seab mereka masih menggunakan senjata tradisional,
sedangkan wilayah seperti Eropa sudah menggunakan senjata yang lebih maju dan
canggih.
Ragam faktor inilah yang menyebabkan
kehancuran Kerajaan Turki Usmani di Turki itu berawal dari orang-orang Arab
yang menghadapiorang-orang Turki Usmani. Mereka dalam keadaan bingung, yakni
disisi lain ingin menghormati Turki Usmani sebagai cerminan persatuan kaum
muslimin tetapi disisi lain juga mereka mempunyai landasan berpikir ingin
memerdekakan diri dari kerajaan tersebut.
BAB
III
PENUTUP
a).Kesimpulan
Kerajaan Turki Usmani pertama kali didirikan oleh
kabilah Orguz yang menempati daerah Asia Tengah (Cina bagian utara). Kemenangan
dalam setiap pertempuran yang terjadi banyak diraih oleh Usman I, hal ini
mengakibatkan Sultan semakin bersimpati atas kerja keras yang telah dilakukan
selama ini. Pada tahun 1300 M, Sultan Alauddin II terbunuh tanpa meninggalkan
pewaris tahta selanjutya sehingga Usman I secara resmi memproklamasikan
kemerdekaan sebagai Padisyah Al Usman (Kesultanan Usmani).
Berbagai usaha telah banyak dilakukan demi
perkembangan kerajaan ini, salah satunya adalah melakukan ekspansi perluasan
wilayah mulai dari semenanjung Balkan sampai daerah bagian Timur. Namun, pada
akhirnya Kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran diawal masa pemerintahan
Sultan Salim II. Hal ini sebagai titik awal masa kemunduran sebuah kerajaan
yang telah berkuasa lebih dari 2 abad lamanya.
b.Saran
Saran dari penulisan makalah ini, adalah sebagai
berikut:
1.Diharapkan
mahasiswa dan kaum muslim, senantiasa mempelajari sejarah peradaban Islam
khususnya terkait dengan Kerajaan Turki Usmani di Turki secara lebih mendalam.
2.Diharapkan
mahasiswa dan kaum muslim mampu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang akan
bermanfaat bagi masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Aizid, Riziem.2015.Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.Yogyakarta: Diva Press
Hitti,
Phillip K.2002.History of the Arabs.Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta
Maarif,
Ahmad Syafii.2007.Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Nurhakim,
Moh.2004.Sejarah dan Peradaban Islam.Malang:
UMM Press
Nasution,
Syamruddin.2013.Sejarah Peradaban Islam.
Pekanbaru-Riau: Yayasan Pustaka Riau
No comments:
Post a Comment